15 Mar 2010

Book Review

Judul          : Totto-chan Gadis Cilik di Jendela 
                    (The Girl at the Window)
Pengarang : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit    : Gramedia pustaka utama
Tahun       : 1981 (dijepangnya)

Bercerita seorang gadis cilik yang dikeluarkan dari sekolah lamanya karena sering melakukan ulah yang “tidak biasa” dilakukan oleh anak kecil seumurannya, sering mengajukan pertanyaan yang menyulitkan orang dewasa, sehingga klimaksnya terjadi ketika ia berdiri di jendela karena melihat seorang pengamen jalanan melintas didepan kelasnya yang kebetulan berada tepat di pinggir jalan. Wali kelasnya berinisiatif mengeluarkan Totto-chan dari sekolah karena sudah tak tahan lagi dengan tingkah laku anak ini, yang kemudian diaminkan oleh seluruh guru yan ada di Sekolah Dasar tersebut.
Ibu Totto-chan pun akhirnya bingung hendak memindahkan Totto-chan ke sekolah mana lagi anaknya akan bersekolah karena khawatir dengan pola tingkah laku anaknya tersebut, yang pada akhirnya Ia memasukkan Totto-chan ke sekolah yang bernama “TOMOE GAKUEN” sebuah sekolah yang dipimpin sendiri oleh pendiri nya yang bernama Mr. Kobayashi seorang kepala sekolah yang sangat luar biasa mengerti anak-anak dari siapapun di dunia ini menurut Totto-chan. Ia langsung jatuh cinta kepada sekolah itu di hari pertama sekolahnya, sekolah yang kelasnya serta seluruh ruangannya berupa gerbong-gerbong bekas kereta api yang disulap menjadi ruangan kelas yang sungguh sangat luar biasa, disini anak diajarkan mengenai kebebasan menjadi dirinya sendiri tanpa ada campur tangan pengaturan orang dewasa. Dihari pertamanya Totto-chan bertemu kepala sekolah ia langsung ditodong untuk bercerita menceritakan apapun yang ingin ia ceritakan kepada kepala sekolah, belum pernah selama ia hidup pernah merasa nyaman seperti ini untuk bercerita kepada orang lain.
Mr. Kobayashi merupakan seorang pendidik yang sangat menghargai pendapat dari seorang anak kecil yang mungkin di mata orang dewasa lain, pendapat seorang anak kecil mungkin tidak pernah di acuhkan apalagi untuk didengar dan direspon. Tapi disini anak diajarkan untuk menjadikan perbedaan sebagai kelebihan mereka, disekolah ini tidak ada yang berbeda antara anak yang bertubuh sempurna maupun yang bertubuh cacat ataupun menderita suatu penyakit seperti yang dialami oleh Yasuaki-chan teman sekelas Totto-chan yang akhirnya meninggal membuat Totto-chan merasakan kembali kehilangan setelah matinya anak ayam kesayangannya, sesuatu yang benar-benar ia sangat inginkan didunia ini, “belum pernah ia benar-benar menginginkan sesuatu kecuali menginginkan anak-anak ayam itu”
Bersetting ketika perang dunia ke-I perang antara Pasukan Jepang dengan Pasukan Amerika, dimana penulis menceritakan pengalamannya sendiri ketika ia masih kecil dan betapa ia sangat mengagumi dan mencintai kepala sekolahnya. Sekolah yang dengan jerih payah kepala sekolahnya sendiri dengan uang pribadi yang ia miliki untuk membangun suatu sekolah yang tidak berkiblat pada Dinas Pendidikan Jepang dimana setiap muridnya dibebaskan untuk memilih sendiri Pelajaran apa yang mereka pelajari pertama sesuai dengan minat dan bakatnya, sistem pengajaran yang sangat bertentangan dengan pemerintahan Jepang tapi dapat bertahan pada masa itu dimana sistem kekaisaran jepang yang tidak mengizinkan pola pengajaran luar masuk ke dalam sistem pendidikan mereka, mata pelajaran euritmik yang di ajarkan kepala sekolah sangat luar biasa, kepala sekolah memainkan musiknya sedangkan 50 siswa yang lainnya bebas mengatur gerakannya sendiri asal masih sesuai dengan irama musiknya, mengajarkan bagaimana manusia yang memiliki berbagai perbedaan tapi tetap berada dalam ritme yang sama sehingga menghasilkan suatu harmoni yang indah.
Di TOMOE kepala sekolah selalu memeriksa makanan setiap siswa, bekal makanan yang mereka bawa dari rumah harus sesuatu yang berasal dari laut dan sesuatu yang berasal dari pegunungan, jika ada siswa yang tidak lengkap makan siangnya maka kepala sekolah akan memberikan makanan yang berasal dari dapur sekolah agar mereka dapat memakan makanan yang bergizi. Sesuatu dari laut yaitu seperti ikan laut, kerang, udang dll sedangkan sesuatu dari gunung dapat berarti seperti sayuran hijau. Mereka selalu makan siang bersama di aula sekolah dan sebelum makan mereka menyanyikan lagu makan siang mereka, ini seperti berdoa sebelum makan dan bertujuan agar siswa menghargai makanan yang mereka bawa, barulah beramai-ramai mereka mengucapkan “ITADAKIMASU” yang berarti selamat makan.
Sekolah ini hanya terdiri dari 50 siswa. Dikelas Totto-chan sendiri hanya terdapat 9 orang siswa termasuk dirinya, ditambah lagi dengan kedatangan Yasuaki-chan yang merupakan murid pindahan dari Amerika dan ia juga menderita polio. Yasuaki-chan menceritakan bahwa di Amerika ada benda yang bernama Televisi, Totto-chan selalu tertari mendengarkan cerita-cerita yang baru ia dengar. Rasa ingin tahunya besar sekali, sehingga ia sering melakukan tindakan-tindakan yang membuat orang-orang disekelilingnya khawatir. Totto-chan menyukai anak dikelasnya yang bernama Tai-chan, sangat menyukai mata pelajaran fisika, dan  ketika dikelas selalu melakukan eksperimen-eksperimen dengan tabung reaksinya.
Kesimpulan :
Buku ini sangat bagus, karena memberikan pengetahuan kepada orang dewasa bahwa anak kecil itu tidak ada yang nakal, seperti yang dikatakan oleh kepala sekolah kepada Totto-chan “kau anak baik, kau tahu itu kan?” pernyataan inilah yang membuat anak mempercayai orang dewasa bahwa orang dewasa ternyata mengerti dan percaya kepada anak-anak. Tidak ada anak kecil yang nakal didunia ini, semua itu mereka lakukan karena didalam benak mereka selalu terdapat pertanyaan-pertanyan yang terkadang orang dewasapun belum terpikir akan pertanyaan itu. Sebagai orang dewasa seharusnya tidak boleh berkata “Tidak tahu” karena itu akan menyurutkan semngat anak-anak untuk mencari tahu dan membuat mereka bingung kepada siapa mereka seharusnya mengajukan pertanyaan. Ketika anak-anak mempertanyakan sesuatu dan pada akhirnya mereka mencoba sesuatu sebaiknya jangan dimarahi, atau untuk melarang sesuatu sebaiknya menyertakan alasan-alasan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan, dan kan diharapkan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Masa anak-anak merupakan masa dimana mereka mempunyai sejuta imajinasi yang dapat dikembangkan bahkan ketika mereka tumbuh menjadi dewasa sekalipun imajinasi masa kanak-kanak tetap menjadi faktor untuk menggapai cita-cita mereka. Tanpa imajinasi masa kecil tidak akan lahir seorang ilmuwan seperti Einstein, Watt, dan kawan-kawan. Mari hargai pendapat orang lain, even dari anak kecil sekalipun !

Gambar Buku :
  •  Pengarang yang merupakan duta dari UNICEF bersama duta UNICEF lainnya.